Newest Post

Waktu-waktu Mustajab untuk Berdoa Cepat Dikabulkan

| Minggu, 27 November 2016
Baca selengkapnya »
Waktu-waktu Mustajab untuk Berdoa Cepat Dikabulkan

Dilansir dari alqur'an-syamil.com, setidaknya ada 12 waktu mustajab untuk berdoa supaya cepat di ijabahi atau dikabulkan oleh Allah SWT, diantaranya yaitu :  

Do’a pada Bulan Ramadhan
Pada shalat taraweh, setelah melaksanakan witir, dianjurkan untuk berdoa dengan mengucapkan, lafadz, "Subhanalmalikilquddus" sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ubay bin Ka’ab. Serta dianjurkan pula untuk mengucapkan kalimat itu sebanyak tiga kali sebagaimana disebutkan didalam riwayat an Nasai.

Do’a saat Sahur
Sebaiknya, setiap muslim/muslimah membiasakan berdoa setelah witir sebelum fajar, pasalnya pada waktu sahur tersebut merupakan amal yang paling utama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Do’a ketika Berbuka Puasa
Ketika berbuka puasa hendaknya memperbanyak doa, karena salah satu doa yang cepat dikabulkan yaitu doa saat berbuka puasa. 

Do’a pada Hari Arafah
Hari Arafah merupakan hari dimana semua jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari Arafah, semua jama'ah disarankan berdoa sebanyak-banyaknya, takterkecuali jama'ah yang tengah berhaji ataupun jamaah yang tidak tengah menunaikan ibadah haji. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi).

Do’a pada Hari Jum’at
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم الجمعة ، فقال : فيه ساعة ، لا يوافقها عبد مسلم ، وهو قائم يصلي ، يسأل الله تعالى شيئا ، إلا أعطاه إياه . وأشار بيده يقللها
 Artinya :
"Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menuturkan perihal hari Jumat lalu beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)

Do’a antara Adzan dan Iqomah
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa, Rasulullah Saw. bersabda,
إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا
 Artinya :
“Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).” (HR. Ahmad)


Do’a Sesudah Shalat Fardhu

Dari Abu Umamah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya; wahai Rasulullah, doa apakah yang paling di dengar? Beliau berkata: "Doa di tengah malam terakhir, serta setelah shalat-shalat wajib." (HR. at-Tirmidzi)

Do’a ketika turun hujan
Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, diriwayatkan 
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ : اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
 Artinya :
"Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam apabila melihat hujan, beliau berdoa: ALLAHUMMA SHAYYIBAN NAAFI'A (Ya Allah, -jadikan hujan ini- hujan yang membawa manfaat atau kebaikan." (HR. Bukhari)

Do’a sesudah khatam Al – Qur’an
Setelah khatam membaca Al-Qur'an 30 juzz dan berdoa, insya Allah doanya akan cepat dikabulkan. 

Do’a pada 1/3 malam terakhir
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah Tabaraka wataa'la turun ke langit dunia pada setiap malam, yaitu pada 1/3 malam terakhir seraya berfirman, 'Siapa yang berdo'a kepadaKu niscaya akan Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu niscaya akan Aku berikan dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni.'" (HR. Bukhari dan Muslim).

Do’a Fii Sabilillah yang berjuang di jalan Allah swt.
Nabi Muhammad Saw. pernah berdoa. Dalam doanya beliau sangat detil memohon kepada Allah Swt. Berikut doa Nabi Muhammad saat melawan musuh dalam perang Uhud.
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ اللَّهُمَّ لَا قَابِضَ لِمَا بَسَطْتَ وَلَا بَاسِطَ لِمَا قَبَضْتَ وَلَا هَادِيَ لِمَا أَضْلَلْتَ وَلَا مُضِلَّ لِمَنْ هَدَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُقَرِّبَ لِمَا بَاعَدْتَ وَلَا مُبَاعِدَ لِمَا قَرَّبْتَ اللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ وَرِزْقِكَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ الْمُقِيمَ الَّذِي لَا يَحُولُ وَلَا يَزُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ الْعَيْلَةِ وَالْأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ اللَّهُمَّ إِنِّي عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَ اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنْ الرَّاشِدِينَ اللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُونِينَ اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَهَ الْحَقِّ
Saat ini, insya allah di Indonesia kondisinya aman dan tenteram sehingga takperlu jihad fii sabilillah angkat senjata, tetapi yang perlu dilakukan adalah berperang melawan hawa nafsu.

Itulah beberapa waktu mustajab untuk berdoa yang dapat kita praktekkan. Semoga doa-doa kita semua di dengar oleh Allah SWT dan dikabulkan. Aamiin.

Artikel Oleh : Muhammad Jabal Iqyan

Sumber : http://www.blogkhususdoa.com/2015/06/waktu-waktu-mustajab-untuk-berdoa-agar-cepat-terkabul.html

Waktu-waktu Mustajab untuk Berdoa Cepat Dikabulkan

Posted by : Unknown
Date :Minggu, 27 November 2016
With 0komentar

Hormat dan Patuh kepada Orang Tua dan Guru

|
Baca selengkapnya »
A. Sayang, Hormat, dan Patuh kepada Orang Tua
1. Makna Orang Tua bagi Anak Orang tua memiliki kedudukan tinggi dalam Islam.
Setiap anak memiliki kewajiban untuk berbuat baik terhadap kedua orang tuanya. Kasih sayang yang tulus yang diberikan orang tua tidak akan mampu dibayar dengan uang oleh seorang anak. Oleh karena itu, kasih sayang, perhatian, dan pengorbanan orang tua harus dibalas dengan kebaikan, kasih sayang, dan pengorbanan yang serupa, meski tidak sebanding. Islam mengenal dua macam orang tua yang harus dihormati, yakni orang tua biologis yang telah melahirkan kita dan orang tua rohani yang telah mengantarkan kita mengenal Allah Swt. 
2. Kewajiban Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Berbakti dan berbuat baik kepada orang tua, mengasihi, menyayangi, menghormati, mendoakan, taat, dan patuh terhadap apa yang mereka perintahkan, termasuk melakukan hal-hal yang mereka sukai adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap anak kepada orang tuanya. Perilaku tersebut di dalam istilah agama Islam dinamakan birrul walidain.
Birrul walidain adalah hak kedua orang tua yang harus dilaksanakan oleh setiap anak, sepanjang keduanya tidak memerintahkan atau menganjurkan  kemaksiatan atau kemusyrikan. Bahkan, seorang anak tetap harus berbakti meskipun orang tuanya kafir atau musyrik. Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam surah Luqmān/31:15 yang artinya, “Jika keduanya (ibu bapakmu) memaksamu supaya engkau musyrik, menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak ketahui, maka janganlah engkau mengikuti keduanya, dan bergaullah dengan keduanya di dunia dengan baik.”
Islam mengatur hubungan antara anak terhadap kedua orang tuanya dan tata cara pergaulannya. Keduanya memiliki hak dan kewajiban yang saling berkaitan. Seorang anak tidak diperkenankan mengucapkan kata-kata yang kurang berkenan terhadap kedua orang tua, apalagi hingga membuat mereka sakit hati. Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S. al- Isrā/17:23)
Ayat ke-23 surah al-Isrā di atas, menjelaskan bahwa setiap anak mesti memberikan perhatian kepada orang tuanya. Sopan santun, baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan nilai-nilai yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tuanya. Bahkan, ucapan “ah”, “ih”, “hus” yang bernada penolakan atau pembangkangan terhadap perintahnya adalah dilarang, apalagi sampai memukul atau perbuatan kasar lainnya yang menyakiti mereka. Dalam ayat yang lain Allah Swt. berfirman
Artinya: “Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Jadi, jelaslah bahwa perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan perintah langsung dari Allah Swt. yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang beriman. Kepatuhan kepada kedua orang tua merupakan bukti kepatuhan kepada Allah, dan kedurhakaan kepada keduanya merupakan kedurhakaan kepada Allah Swt.

B. Hormat dan Patuh kepada Guru
1. Makna Seorang Guru
Guru adalah orang yang memberikan pengetahuan sekaligus pendidikan akhlak terhadap murid-muridnya. Ia mengajari cara membaca, berhitung, berpikir, dan sebagainya. Guru juga mengajarkan nilai-nilai moral dan nilai- nilai akhlak yang tinggi kepada murid-muridnya. Ia tidak hanya memberikan pengetahuan saat di sekolah, tetapi juga memberikan bimbingan saat dibutuhkan di luar sekolah.
Setiap guru pasti akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang mungkin tidak didapatkan seorang anak dari orang tuannya di rumah. Tanpa pendidikan dan bimbingannya, bisa jadi kita tidak akan mengetahui segala yang nyata maupun yang tersembunyi di alam raya ini. Tanpa bimbingannya pula, bisa jadi kita tidak dapat membedakan mana yang benar maupun yang salah, mana yang dibolehkan dan mana yang dilarang. Jasa seorang guru dalam mendidik dan mencerdaskan murid-muridnya tidaklah dapat diukur dengan materi. Berkat jasa gurulah, kita menjadi terpelajar.
Dalam ajaran Islam, guru atau ulama adalah orang yang memiliki pengetahuan luas dibandingkan dengan orang lainnya. Ia merupakan pewaris para nabi dalam menyampaikan kebaikan kepada orang lain. Allah Swt. berfirman:

Artinya: “...Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (Q.S. Fāthir/35:28)

Artikel Oleh : Hani Khairunnisa
Sumber : Buku Paket Pendidikan Agama Kelas X

Hormat dan Patuh kepada Orang Tua dan Guru

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar
Tag :

SALMAN AL-FARISI

| Minggu, 20 November 2016
Baca selengkapnya »


SALMAN AL-FARISI

     Assalamualaikum saudaraku. Kini kami ingin berbagi kisah tentang Salman Al-Farisi. Kami mengambil kisahnya dari buku berjudul Biografi 60 Sahabat Nabi, yang ditulis oleh Khalid Muhammad Khalid, yang dikenal sebagai pemikir Islam kontemporer asal Mesir.
     Mari kita lihat sepotong kisah tentang Salman Al-Farisi, dan langsung saja kita persilahkan ia yang menceritakannya langsung kepada kita.

“Aku berasal dari Asbahan, warga suatu desa yang bernama Ji (Jayyan). Ayahku seorang kepala kampung di daerah itu, dan aku merupakan hamba Allah yang paling disayang olehnya. Aku sangat taat menjalani agama Majusi, hingga akhirnya diserahi tugas sebagai penjaga api yang bertanggung jawab atas nyalanya dan tidak membiarkannya padam.
Ayahku memiliki sebidang tanah. Suatu hari aku disuruhnya ke sana. Dalam perjalanan ketempat tujuan, aku melewati sebuah gereja milik kaum Nasrani. Aku mendengar mereka sedang mengadakan “Kebaktian”, lalu aku masuk ke dalam untuk melihat apa yang mereka lakukan.
Aku kagum melihat cara mereka beribadah. Aku berkata di dalam hati, ‘Ini lebih baik daripada apa yang aku anut selama ini.’ Aku tidak beranjak dari tempat itu hingga matahari terbenam, dan tidak jadi pergi ke tanah milik ayahku serta tidak pula kembali pulang, hingga ayah mengirim orang untuk menyusulku. Karena agama mereka menarik perhatianku, aku menanyakan kepada orang-orang Nasrani dari mana asal-usul agama mereka. Mereka menjawab, ‘Dari Syria.’
Ketika aku telah berada di hadapan ayahku, aku bercerita kepadanya, ‘Aku tadi melewati suatu kaum yang sedang melakukan upacara peribadatan di gereja. Upacaranya sangat memikat hatiku. Aku merasa agama mereka lebih baik dari agama kita.’ Setelah itu kami berdebat dan akhirnya kakiku diikat dan aku dipenjarakan.
Aku mengirim berita kepada orang-orang Nasrani bahwa aku telah menganut agama mereka. Aku juga berpesan bila rombongan dari Syria datang, aku hendaknya dikabari sebelum mereka kembali, karena aku akan ikut bersama mereka ke sana. Permintaanku itu mereka kabulkan.
Aku memutus rantai yang membelenggu kakidan meloloskan diri dari penjara, lalu bergabung dengan rombongan itu menuju Syria. Ketika telah tiba di tempat tujuan, aku menanyakan siapakah ahli dalam agama itu. Ada seseorang mengatakan kepadaku bahwa orang yang aku maksud adalah uskup, pemilik gereja. Aku pun mendatanginya dan menceritakan keadaaku.
Akhirnya aku tinggal bersamanya sebagai pelayan, sekaligus melaksanakan ajaran mereka dan belajar. Namun, uskup ini adalah sosok yang tidak baik dalam menjalankan ajaran agamanya. Pasalnya ia mengumpulkan sedeka dari orang-orang dengan alas an untuk dibagikan, namun ternyata disimpan untuk dirinya pribadi.
Kemudian uskup itu wafat. Orang-orang mengangkat orang lain sebagai gantinya, dan aku berpikir tidak ada seorang pun yang lebih baik agamanya daripada uskup baru ini. Aku pun mencintainya demikian rupa, sehingga hatiku merasa tidak ada orang yang lebih kucintai sebelum itu daripada dirinya.
Tatkala ajalnya telah dekat, aku bertanya kepadanya, ‘Seperti yang Anda ketahui, takdir Allah atas diri Anda telah dekat masanya. Apakah yang harus aku lakukan dan siapakah sebaiknya yang harus kuhubugngi?’ Ia menjawab, ‘Anakku, tidak seorang pun menurut pengetahuanku yang sama langkahnya dengan aku, kecuali seorang pemimpin yang tinggal di Mosul.’
Ketika ia wafat, aku berangkat ke Mosul dan menghubungi pendeta yang disebutkannya. Aku menceritakan kepadanya pesan dari uskup tadi dan aku tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah.
Kemudiam tatkala ajalnya telah dekat pula, kutanyakan kepadanya, siapa yang harus aku ikuti. Ia pun menunjukan kepadaku seorang yang saleh yang tinggal di Nashibin. Aku mendatanginya dan menceritakan keadaanku, lalu tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah.
Ketika ia telah mendekati ajalnya, aku menanyakan hal yang sama kepadanya. Aku diperintahkan olehnya agar menghubungi seorang pemimpin yang tinggal di Amuria, suatu kota yang termasuk wilayah Romawi. Aku berangkat kesana dan tinggal bersamanya. Sebagai bekal hidup, aku beternak dapi dan beberapa ekor kambing.
Saat ajal hampir menjemputnya, aku pun menanyakan kepadanya, ‘Siapakah yang engkau wasiatkan agar aku mengikutinya?’ Ia menjawab, ‘Anakku, tidak ada seorang pun yang kukenal serupa dengan kita keadaannya dan dapat kupercayakan engkau kepadanya. Tetapi, sekarang telah dekat datangnya masa kebangkitan seorang nabi yang mengikuti agama Ibrahim yang lurus. Ia nanti akan hijrah ke suatu tempat yang ditumbuhi kurma dan terletak di antara dua bidang tanah berbatu hitam. Seandainya kamu dapat pergi ke sana, temuilah dia. Ia mempunyai tanda-tanda yang jelas dan gambblang: ia tidak mau makan sedekah, namun bersedia menerima hadiah, dan di pundaknya ada cap kenabian yang bila engkau melihatnya, engkau pasti mengenalinya.’
Suatu hari, suatu rombongan datang, lalu aku menanyakan dari mana asal mereka. Akhirnya aku mendapatkan jawaban bahwa mereka berasal dari Jazirah Arab, maka aku katakana kepada mereka, ‘Maukah kalian membawaku ke negeri kalian, dan sebagai imbalannya kuberikan kepada kalian sapi-sapi dan kambing-kambing ini?’ Mereka menjawab ‘Baiklah.’
Akhirnya mereka membawaku ikut dalam perjalanan hingga sampai di suatu negeri yang bernama Wadil Qura. Di tempat itulah mereka menzalimi diriku. Mereka menjualku kepada seorang Yahudi. Ketika tampak olehku pohon kurma, aku berharap kiranya negeri ini yang disebutkan pendeta kepadaku dulu, yakni yang akan menjadi tempat hijrah Nabi yang ditunggu. Ternyata dugaanku tidak benar.
Mulai saat itu aku tinggal bersama orang yang membeliku, hingga suatu hari datang seorang Yahudi Bani Quraizhah yang membeliku dari yang membeliku sebelumnya. Aku dibawanya ke Madinah, dan – demi Allah – baru saja kulihat negeri itu, aku pun yakin itulah negeri yang disebutkan dulu.
Aku tinggal bersama orang Yahudi tersebut dan bekerja di perkebunan kurma milik Bani Quraizhah, hingga tiba waktu Allah mengutus Rasul-Nya, lalu hijrah ke Madinah dan singgah di Bani Amr bin Auf di Quba’.
Suatu hari ketika aku berada di puncak pohon kurma sementara majikanku duduk di bawahnya, tiba-tiba seorang Yahudi saudara sepupunya datang menghampirinya dan mengatakan, ‘Celakalah Bani Qailah! Mereka berkerumun mengelilingi seorang laki-laki di Quba’ yang datang dari Mekkah dan mengaku sebagai nabi.’
Demi Allah, tubuhku bergetar hebat seketika mendengar ucapan orang itu hingga pohon kurma itu bagai berguncang dan hampir saja aku jatuh menimpa manjikanku. Aku segera turun dan berkata, ‘Apa katamu? Ada berita apakah?’
Majikanku mengangkat tangan lalu meninjuku sekuatnya, dan membentak, ‘Apa urusanmu dengan ini, kembalilah bekerja!’ Aku pun kembali bekerja.
Setelah hari petang, aku mengumpulkan segala yang ada padaku, lalu keluar untuk menemui Rasulullah saw., di Quba’. Aku menjumpai beliau ketika sedang duduk bersama beberapa orang anggota rombongan. Lalu berkata kepadanya, ‘Tuan-tuan adalah perantau yang sedang dalam kebutuhan. Kebetulan aku mempunyai persediaan makanan yang telah kuniatkan untuk sedekah. Setelah mendengar keadaan tuan-tuan, aku berpikir bahwa tuan-tuanlah yang lebih layak menerimanya, dan makanan itu kubawa kesini.’ Aku pun meletakkan makanan itu dihadapan beliau.
Makanlah dengan menyebut nama Allah,” sabda Rasulullah saw., kepada para sahabatnya. Tetapi, beliau tidak mengulurkan tangannya untuk menjamah makanan itu. Aku berkata dalam hati, ‘Demi Allah inilah satu dari tanda-tandanya, ia tidak mau memakan harta sedekah.’
Setelah itu aku pulang dan keesokan harinya aku kembali menemui Rasulullah saw., sambil membawa makanan. Aku berkata kepadanya, ‘Aku melihat tuan tidak sudi memakan sedekah, tetapi aku mempunyai sesuatu yang ingin kuserahkan kepada tuan sebagai hadiah.’ Kemudian aku meletakkan makanan itu dihadapan beliau. “Makanlah dengan menyebut nama Allah,” sabda beliau kepada sahabat, dan beliau pun turut makan bersama mereka. Aku kembali berbisik ‘Demi Allah, inilah tanda-tanda yang kedua, bahwa ia bersedia menerima hadiah.’
Setelah itu  aku pulang dan tinggal ditempatku setelah beberapa lama. Kemudian aku pergi mencari Rasulullah saw., dan berjumpa di Baqi’, saat sedang mengiring jenazah dan dikelilingi oleh sahabat-sahabatnya. Beliau memakai dua lembar kain lebar, yang satu dipakainya untuk sarung dan satu dipakainya untuk baju.
Aku mengucapkan salam kepada beliau dan kemudian menyejajarkan tubuhku di dekat beliau untuk melihat bagian atas punggungnya. Ternayat beliau memahami keinginanku dan menyingkap kain burdah beliau dari lehernya hingga tampak pada pundaknya tanda yang kucari, yaitu cap kenabian seperti disebutkan  oleh pendeta dulu. Aku pun langsung membalikkan badan dan menciuminya sambil menangis.
Kemudian Rasulullah saw., memanggilku. Akku duduk di hadapan beliau dan  menceritakan kisahku seperti yang telah kuceritakan tadi. Kemudian aku masuk Islam, dan perbudakan menjadi penghalang bagiku untuk menyertai Perang Badar dan Uhud.
Suatu hari, Rasulullah saw.,  bersabda kepdaku, ‘Mintalah keapda majikanmu agar ia bersedia membebaskanmu dengan menerima uang tebusan.’ Aku pun meminta kepada majikanku agar aku dibebaskan sebagaimana dititahkan oleh Rasulullah saw., sedangkan beliau menyuruh para sahabat untuk membantuku dalam persoalan keuuangan. Akhirnya, aku dimerdekakan oleh Allah, dan hidup sebagai seorang muslim yang bebsa merdeka, serta mengambil bagian bersama Rasulullah saw., dalam perang Khandaq dan peperangan selanjutnya.”

Begitulah saudaraku. Kisah tentang perjalanan Salman Al-Farisi yang kami ambil dari buku Biografi 60 Sahabat Nabi. Kisah ini disebutkan di dalam Ath-Thabaqat Al-Kubra, Ibnu Sa’ad, juz IV.
Jika kalian penasaran mengenai kisah-kisah para sahabat Rasulullah saw., yang lainnya, kalian bisa membacanya pada buku tersebut di toko buku kesayangan kalian.
Semoga kisah yang kami berikan tadi dapat memberikan pelajaran dan menambah keimanan kita semua. Aamiin.


Sumber :


Khalid, Khalid Muhammad. 2015. Biografi 60 Sahabat Nabi. Jakarta. Ummul Qura.

SALMAN AL-FARISI

Posted by : Unknown
Date :Minggu, 20 November 2016
With 0komentar
Tag :

Perilaku Amanah dan Istiqamah

| Sabtu, 19 November 2016
Baca selengkapnya »


Assalamu'alaikum Akhi, Ukhti.. Gimana kabarnya? Semoga Akhi dan Ukhti selalu diberikan kesehatan dan selalu ada dalam lindungan Allah SWT. Kali ini admin bakalan membahas artikel yang berjudul Perilaku Amanah dan Istiqomah. Penasaran kan?? Oke kalo gitu check it out... :)

A. Amanah
1. Pengertian Amanah
Apakah amanah itu? Amanah mempunyai arti terpecaya atau dapat dipercaya. Amanah juga berarti pesan yang dititipkan dapat disampaikan kepada orang yang berhak. Dan amanah yang wajib ditunaikan oleh setiap orang adalah hak-hak Allah Swt., seperti shalat, puasa, zakat, haji dan masih banyak lagi.
Amanah berkaitan erat dengan tanggung jawab. Orang yang menjaga amanah biasanya disebut dengan orang yang bertanggung jawab. Sebaliknya, orang yang tidak menjaga amanahnya disebut orang yang tidak bertanggung jawab.
2. Macam-macam Bentuk Amanah
a. Amanah terhadap Allah Swt.
Amanah ini berupa ketaatan akan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah Swt. Berfirman :
   -٢٧- تَعْلَمُونَ وَأَنتُمْ أَمَانَاتِكُمْ وَتَخُونُواْ وَالرَّسُولَ اللّهَ تَخُونُواْ لاَ آمَنُواْ الَّذِينَ أَيُّهَا يَا

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." [QS. Al-Anfal/8 : Ayat 27]
Contoh amanah kepada Allah Swt., yaitu menjalankan semua yang diperintahkan dengan niat mencari surganya Allah dan meninggalakan semua perkara yang dilarangnya.
b. Amanah terhadap sesama manusia
Amanah ini meliputi hak-hak antar sesama manusia. Allah Swt. Berfirman :

بَيْنَ حَكَمْتُم وَإِذَا أَهْلِهَا إِلَى الأَمَانَاتِ تُؤدُّواْ أَن يَأْمُرُكُمْ اللّهَ إِنَّ
-٥٨- بَصِيراً سَمِيعاً كَانَ اللّهَ إِنَّ بِهِ يَعِظُكُم نِعِمَّا اللّهَ إِنَّ بِالْعَدْلِ تَحْكُمُواْ أَن النَّاسِ

"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat." [QS. An-Nisa'/4 : Ayat 58]
Contohnya ketika kita dititipi pesan atau barang, maka kita harus menyampaikannya kepada yang berhak tanpa mengurang pesan atau kualitas barang tersebut.




c. Amanah terhadap diri sendiri.
Amanah ini dijalani dengan memelihara dan menggunakan segenap kemampuannya demi menjaga kelangsungan hidup, kesejahteraan, dan kebahagiaan diri. Allah Swt. Berfirman :

-٨- رَاعُونَ وَعَهْدِهِمْ لِأَمَانَاتِهِمْ هُمْ وَالَّذِينَ
"Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanah-amanah dan janjinya." [QS. Al-Mu'minun/23 : Ayat 8]
Contohnya kita tidak menyia-nyiakan kemampuan yang kita punya dalam urusan hidup.
3) Hikmah Perilaku Amanah
Orang yang berbuat baik kepada orang lain, sesungguhnya ia telah berbuat baik kepada diri sendiri begitupun dengan sikap amanah yang memilik dampak positif bagi diri sendiri. Di antara hikmah amanah adalah sebagai berikut.
a. Dipercaya orang lain, ini merupakan modal yang sangat berharga dalam menjalin hubungan atau berinteraksi antara sesama umat manusia.
b. Mendapatkan simpati dari semua pihak, baik kawan maupun lawan.
c. Hidupnya akan sukses dan dimudahkan oleh Allah Swt.

B. Istiqamah
1. Pengertian Istiqamah
Istiqamah berarti sikap kukuh pada pendirian dan konsekuen dalam tindakan. Dalam makna yang luas, istiqamah adalah sikap teguh dalam melakukan suatu kebaikan, membela dan mempertahankan keimanan dan keislaman, walaupun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.
Istiqamah terwujud karena adanya keyakinan akan kebenaran dan siap menanggung risiko. Sikap ini wajib dimiliki setiap muslim. Karena sikap ini dapat membantu kita untuk membentuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran islam. Allah Swt. Berfirman :
-١٣-  يَحْزَنُونَ هُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ خَوْفٌ فَلَا اسْتَقَامُوا ثُمَّ اللَّهُ رَبُّنَا قَالُوا الَّذِينَ إِنَّ

"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah," kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati." [QS. Al-Ahqaf/46 : Ayat 13]
Ayat di atas menjelaskan sikap orang-orang istiqamah, yaitu menepati dan mengikuti garis-garis yang telah ditentukan oleh agama, menjalankan semua perintah Allah Swt. Dan meninggalkan semua larangan-Nya.
2. Hikmah Perilaku Istiqamah
a. Akan dijauhkan oleh Allah Swt. Dari rasa takut dan sedih sehingga dapat mengatasi rasa sedih yang menimpanya, tidak hanyut dibawa kesedihan dan tidak gentar dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.
b. Akan mendapatkan kesuksesan di dunia karena ia tekun dan ulet.
c. Jika ia sabar dan selalu beribadah hanya untuk mencari keridhaan Allah Swt. Maka ia akan dilindungi oleh-Nya.


\Demikianlah artikel yang kami buat kali ini, mengenai Perilaku Amanah dan Istiqomah. Semoga apa yang kami share bisa bermanfaat bagi para pembaca. Amiinnn.. Sekian dari kami Wassalamu'alaikum Er. Wb..

Artikel oleh : Anggun Mutiara Meilani Hakim
Editor : Hani Khairunnisa
Sumber : Buku Paket Pendidikan Agama Hasil Revisi 2016





Perilaku Amanah dan Istiqamah

Posted by : Unknown
Date :Sabtu, 19 November 2016
With 0komentar

Naruto Shippuden Episode 371 Subtitle Indonesia

| Sabtu, 09 Agustus 2014
Baca selengkapnya »
Naruto Shippuden episode 371 Subtitle Indonesia



Sasuke sudah memutuskan untuk melindungi desa yang diwariskan oleh Itachi. Dia pun bergabung dengan para Hokage Edo Tensei untuk maju ke medan pertempuran. Sementara itu di medan pertempuran pertarungan menjadi berat sebelah, karena Naruto menyebarkan chakranya pada para shinobi dia jadi hanya bisa bertahan melawan Madara dan Obito. Bagaimanakah selanjutnya? Penasaran? Silahkan klik Link Download dibawah ini

Link Download :
mini 480p : Naruto Shippuden Episode 371 Subtitle Indonesia
HD 720p : Naruto Shippuden Episode 371 Subtitle Indonesia
Sumber : http://oploverz.net

Terima Kasih sudah berkunjung, semoga bermanfa'at ^_^

Naruto Shippuden Episode 371 Subtitle Indonesia

Posted by : Unknown
Date :Sabtu, 09 Agustus 2014
With 0komentar

Tokyo Ghoul Episode 06 Subtitle Indonesia

|
Baca selengkapnya »
Tokyo Ghoul Episode 06 Subtitle Indonesia



Di Jepang, makhluk aneh yang memakan manusia, mereka disebut “Ghoul”. Seorang mahasiswa, Kaneki Ken, menjalani kehidupan normal dan telah jatuh cinta dengan seorang gadis. Tapi, setelah kencan pertama mereka ternyata gadis itu adalah seorang Ghoul. dia pun benar-benar trauma, dan entah bagaimana dia bisa selamat dari Ghoul yang tiba-tiba mati dengan sendirinya. Apa yang akan terjadi saat para dokter menanamkan beberapa organ padanya, agar dia bisa bertahan hidup? Penasaran? Silahkan klik Link Download dibawah ini

Link Download :
mini 480p : Tokyo Ghoul episode 06 Subtitle Indonesia
HD 720p : Tokyo Ghoul Episode 06 Subtitle Indonesia
Sumber : http://oploverz.net

Terima Kasih sudah berkunjung, semoga bermanfa'at ^_^

Tokyo Ghoul Episode 06 Subtitle Indonesia

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar
Prev
▲Top▲